Thursday, 3 January 2013

HUKUM NUN BERSUKUN, TANWIN DAN QOLQOLAH


A. Pengertian Nun Bersukun Dan Tanwin
Dalam Kitab Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap[1] dijelaskan bahwa Nun bersukun ialah huruf nun yang bertanda sukun (نْ). Nun bersukun juga dikenal dengan “nun mati”. Dijelaskan pula bahwa nun bersukun ialah huruf nun yang tidak berharokat, baik fat-hah, kasroh,maupun dlammah.
Tanwin menurut bahasa ialah at-tashwit ( التّصويت), yang artinya suatu suara seperti kicauan burung. Sedangkan menurut istilah ialah:
نُْوْنٌ سَاكِنَةُ تَلْحَقُ اَخِرَ اْلإِسْمِ لَفْظًا وَ وَصَلاً وَ تُفَاَرِقُهُ خَطّاً وَ وَقَفاً
Artinya:
            “Nun bersukun yang terdapat pada akhir isim yang tampak dalam bentuk suara dan ketika washol, tidak dalam penulisan dan pada saat waqof”[2].
Tanwin merupakan tanda harakat rangkap dari  fat-hah, kasroh,maupun dlammah[3]. Perhatikan table berikut ini:
NO
Tanwin
Tanda
Suara
Contoh
1
Fat-hah
ً
An
باَباً
2
Kasrah
ٍ
In
باَبٍ
3
Dlammah
ٌ
Un
باَبٌ
B. Pembagian Hukum Nun Bersukun Dan Tanwin
1. Izh-har Halqi  
Menurut bahasa, Izh-har adalah Al-Bayan [الْبَيّاَنُ], artinya jelas[4]. Sedangkan halqi artinya tenggorokan[5].
            Sedangkan menurut istilah ialah:
اِخْرَاجُ كُلِ حَرْفٍ مِنْ مَخْرَجِهِ مِنْ غَيْرِ غُنَّةٍ في اْلُحُرْفِ اْلمُظْهَرِ.
Yang artintnya:
            “Mengeluarkan semua huruf dari makhrojnya tanpa memakai sengau/dengung pada huruf yang di Izh-har kan”[6].
            Huruf Izh-har ada enam, yaitu: ء ه ح خ ع غ.[7] jadi, apabila nun mati / tanwin bertemu dengan salah atu huruf Izh-har maka harus dibaca dengan terang dan jelas.
            Contoh:
يَنْهَوْنَ, مَنْ آمَنَ.
2. Idghom
            Idghom menurut bahasa ialah:
اِدْخاَلُ اْلشَّئٍ فِي اْلِشَّئِ
Artinya:
            “Memasukan sesuatu ke dalam sesuatu”[8].
            Sedangkan Idghom menurut istilah ialah:
اِْلتِقَاءُ حَرْفٍ ساَكِنٍ بِمُتَحَرِّكٍ بِحَيْثُ يَصِيْرَانِ حَرْفاً مُشَدَّداً يَرْتَفِعُ اللِّساَنُ عِنْدَهُ اِرْتِفاَعَةً وَاحِدَةً
Artinya:
            Bertemunya huruf yang bersukun dengan huruf yang berharakat sehingga kedua huruf tersebut menjadi satu huruf dan huruf yang kedua menjadi bertasydid. Selanjutnya lisan mengucapkan dua huruf tersebut dengan sekali ucapan[9].
            Apabila nun berukun/tanwin bertemu dengan salah satu huruf yang enam, yaitu: ya’ [ ي], ra’[ر ], mim [  م], lam [ ل ], wau  [و ], dan nun [ن ]. Cara membacanya ialah dengan memasukan huruf idghom terebut.
            Idghom dilihat dari tatabacanya dibagi menjadi dua, yaitu:
a.       Idghom bi ghunnah
Idghom bighunnah[10] ialah memasukan dengan sungau/dengung. Huruf idghom bi ghunnah ada empat, yaitu: ya’ [ي ], mim [  م], nun [ ن ], dan wau [و ].
Terkumpul dalam kalimat:                 يَنْمُوْ
Contoh:
مَنْ يَعْمَلْ  dibaca مَيَّعْمَلْ

b.      Idghom bilaa ghunnah
Idghom bilaa ghunnah[11] ialah memasukan huruf idghom tanpa sungau/dengung. Huruf idghom bilaa ghunnah ada dua, yaitu: ra’ [ر ] dan lam [  ل ].
Contoh:
مِنْ لَدُنْكَ  dibaca مِلَّدُنْكَ
            3. Iqlab
            Iqlab[12] ialah apabila nun mati atau tanwin bertemu huruf ba’ [ ب ]. Sedangkan cara membacanya ialah mengganti bunyi nun mati atau tanwin dengan bunyi huruf mim [  م].
                        Contoh:
مِنْ بَعْدِ dibaca مِمْبَعْدِ
4. Ikhfa’
                        Ikhfa’[13] ialah apabila nun mati atau tanwin bertemu dengan salah satu huruf Ikhfa. Huruf-huruf ikhfa ada lima belas, yaitu:
ص ذ ث ك ج ش س ق ف د ط ظ ز ت ض
Sedangkan cara membacanya ialah as-satru [السَّتْرُ], artinya samar, dalam artian samar antara Izh-har dengan  Idghom.
C. Qolqolah
             Qolqolah[14] menurut bahasa ialah:
اَلتَّحَرَّكَ وَاْلاِضْطِراَبُ.
            Artinya:
                        Bergerak dan gemetar.
Sedangkan menurut istilah[15] ialah:
صَوْتٌ زاَئِدٌ قَوِّيٌ جَهْرِيٌّ يَحْدُثُ فِي مَخْرَجِ اْلحَرْفِ اْلسَّاكِنِ بَعْدَ ضَغْطِهِ.
            Artinya:
                        suara tambahan (pantulan) yang kuat dan jelas yang terjadi pada huruf yang bersukun setelah menekan pada makhroj huruf tersebut. Huruf-huruf qolqolah ada lima, yaitu: qof  [ق], tha’ [ط], ba’ [ب], jim  [ج], dan  daL [د].
            Dalam ilmu tajwid qolqolah dibagi menjadi dua, yaitu:
1.      Qolqolah Shughro
Qolqolah Shughro[16] ialah apabila huruf Qolqolah itu sukun asli, maka ia dinamakan Qolqolah Shughro.
Contoh:
حَبْلٌ, مُجْرِمُوْنَ, مُدْبِرِيْنَ.
2.      Qolqolah Kubro
Qolqolah Kubro[17] ialah juka huruf Qolqolah tersebut bersukun karena di tengah kalimat, maka dinamakan Qolqolah Kubro.
Contoh:
            مَاخَلَقَ, رِباَطٌ.

 DAFTAR PUSTAKA

1.      Abdurrahim, Acep lim. 2007. Pedoman Ilmu Tajwid Lengakap. Diponegoro, Bandung.
2.      Zarkasyi, imam. 1995. Pelajaran Tajwid. Trimurti Press, Gontor Ponorogo.
3.      Zalath, Muhammad Raf’at Bin Hassan, 1996. Kaifia Taqra-Ul Qur’an Kama Anzalahur Rahman.mesir: Maktabah Ibnu Taimiyyah.
4.      Hajazi, Ahmad. Al-Qaulus Sadid Fi Ahkamit Tajwid, Mesir: Maktabatul Salamiyyah.
5.      Muhaisin, Muhammad Salim. 1988. Ar-Ra-Id Fi Tajwidil Qur’an. Beirut: Maktabah Tsaqofiyah.
6.      Al-Qori, Maila ‘Ali Bin Sulthon Muhammad. Al-Minahul Fikriyyah: Sarh Al-Muqoddimatul Jazariyyah. Surabaya: Bungkul Indah.
7.      Al-Mahmud, Muhammad. Hidayatul Mutafid Fi Ahkamit Tajwid. Surabaya: Maktabah Muhammad Bin Ahmad Nabhani Wa Auladih.
Al-Hadrami, Sa’id Bin Nabhan. 1408 H. Mursyidul Wildan Ila Ma’ani Hidayatish Shibyan. Surabaya: Maktabah Sa’d Bin Bin Nashir Bin Nabhan.



[1] Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap, hlm. 71.
[2]Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap, hlm. 72, dapat pula dilihat dalam kitab mursyidul wildan, hlm. 7.,  kaifia takroul Qur’an hlm. 41. Dan bandingkan dengan  al-minahul fikriyyah hlm. 46..
[3] Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap, hlm. 73.
[4] Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap, hlm. 73, dan pelajaran tajwid, hlm. 1.
[5] Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap, hlm. 73.
[6] Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap, hlm. 74, dapat di lihat pulahidayatul mustafid  hlm. 5. dengan penamabahan lafazh fil harfil muzh-har  dari ar-raid fi tajwidil qur’an  hlm.5.
[7] Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap, hlm. 74, dan pelajaran tajwid, hlm.1.
[8] Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap, hlm. 74.
[9] Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap, hlm. 74, dapat dilihat pula hidayatul mustafid hlm. 7-.
[10] Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap, hlm. 76, dan pelajaran tajwid, hlm. 2.
[11] Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap, hlm. 78, dan pelajaran tajwid, hlm. 2.
[12] Pelajaran tajwid, hlm. 3.
[13] Pelajaran tajwid, hlm. 3.
[14] Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap, hlm. 129.
[15] Pedoman Ilmu Tajwid Lengkap, hlm. 129,dapat dilihat pula al-qaulus sadid, hlm. 11.
[16] Pelajaran tajwid, hlm. 27.
[17] Pelajaran tajwid, hlm. 28.